Jumat, 30 November 2007

RENUNGAN UNTUK PARA SUAMI


Pak Suyatno
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam. Pak Suyatno sudah berusia 58 tahun. Orangnya biasa-biasa saja, tapi kegiatan kesehariannya yang membuat dia menjadi manusia luar biasa.

Pak Suyatno sudah menikah dengan istrinya, yang juga sudah tua, sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia empat orang anak dengan kehidupan yang bahagia dan tenang. Namun setelah sang istri melahirkan anak ke empat, kehidupan mereka berubah. Entah karena apa tiba2 kaki sang istri menjadi lumpuh dan tidak bisa digerakkan selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga kondisi sang istri bukannya membaik. Tetapi seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang. Bahkan lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara, tapi dia selalu melihat sang istri tersenyum.
Untungnya tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumah mereka. Setiap siang hari, dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Lalu sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang dan tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang. Bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan keempat buah hati mereka. Sekarang anak2 mereka sudah dewasa. Tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari keempat anak Suyatno berkumpul sambil menjenguk ibu mereka. Karena setelah ketiganya menikah dan tinggal terpisah, Pak Suyatno memutuskan yang merawat ibu mereka. Yang dia inginkan hanya satu, semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2, anak sulung berkata, “ Pak, kami ingin sekali merawat ibu.Ssemenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya “Sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi. Kami rasa ibupun akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak? Dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji akan merawat ibu bergantian”.
Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka. ”Anak2ku, jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi. Tapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian di sampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian”. Sejenak kerongkongannya tersekat, “Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini?. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang?. Kalian menginginkan bapak yg masih diberi Allah kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit?”.
Sejenak meledaklah tangisan anak2 Pak Suyatno. Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber diacara Islami selepas shubuh. Dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2. Di saat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuan. Mereka tidak sanggup menahan haru. Di situlah Pak Suyatno bercerita.
“Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta , tapi dia tidak mencintai karena Allah, semuanya akan luntur. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya. Dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya. Bukan dengan mata. Dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..”
“ Sekarang dia sakit, berkorban untuk saya karena Allah.. Dan itu merupakan ujian bagi saya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi dia sakit, Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya dapat bercerita kepada Allah. Di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..”
“ BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN PADA NYA”.

Minggu, 25 November 2007

PAPANDAYAN, SATU KEELOKAN BUMI PARAHYANGAN



Berada di kawasan kawah Puncak Gunung Papandayan, sambil dicengkram terpaan bayu yang dingin menggigit dan menghirup bau uap belerang yang menusuk, serta diiringi bunyi gelegak dan desis uap yang berhembus kencang dari celah-celah bebatuan panas membara, mengingatkan kita akan cerita epos pewayangan Kawah Candradimuka - Kawah tempat bayi Gatotkaca digembleng menjadi satria perkasa, berkekuatan super, berotot kawat bertulang besi.
Kawah Papandayan yang memiliki keelokan yang menggetarkan kalbu ini, memang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Dikelilingi puncak-puncak bukit berbatu yang terjal, kawah Panpandayan menggelegak dan mendesis tanpa henti. Deru angin dan uap asap belerang yang mengalir terus-menerus dari ribuan celah bebatuan bekas lubang magma, mendominasi suasana yang mencekam. Hamparan kawah yang luas yang dipenuhi oleh kawah-kawah kecil seleber setengah hingga satu meter persegi ini, mempunyai nama-nama yang unik, yang mungkin diambil dari bunyi, warna, ataupun peristiwa yang mengikuti kelahirannya.

Ada yang disebut "Kawah Emas", yang selalu mengeluarkan endapan berwarna kuning keemasan. "Kawah Pengantin ", yang menurut cerita setempat untuk mengabadikan tragedi sepasang pengantin yang hilang saat berbulan madu. Ada juga "Kawah Seeng", yang mengeluarkan suara bagaikan air mendidih. "Kawah Kereta", yang selalu mendesis-desis. "Kawah Ateul", yang bisa membuat kulit menjadi gatal. "Kawah Upas", yang memiliki bebatuan mirip bunga es, dan lain-lain.

Perjalanan menuju kawah Papandayan, juga tak kalah menariknya. Hutan belukar dan perdu di pinggir jalan berbatu yang menanjak tajam, banyak ditumbuhi oleh "Edelweis Jawa" yang bertebaran membentuk kelompok-kelompok warna putih yang indah. Apalagi dipadu dengan selimut hijau sejenis tumbuhan paku-pakuan dan bunga-bunga rumput yang menempel di pinggir tebing, menyuguhkan suatu lukisan alam yang teduh.

Kekhasan Gunung Papandayan, sudah dapat dirasakan dan disaksikan sejak awal pendakian hingga tiba di kawahnya. Hamparan perkebunan teh yang menyelimuti seluruh perbukitan, sesekali dibelah oleh garis-garis jalan setapak yang ditandai dengan barisan pepohonan yang memberikan selingan menarik di tengah keseragaman pucuk-pucuk hijau daun teh. Sepanjang jalan, sejauh mata memandang, hanya kehijauan tanaman teh yang tampak. Sesekali diselingi oleh wajah ceria para pemetik teh dengan pakaian yang mencolok. Belum lagi pengalaman meliuk-liuk di jalan kerikil yang menikung serta menanjak tajam. Udara yang segar dan bebas polusi karena jauh dari hiruk-pikuk lalu-lintas kendaraan bermotor dan kelebatan hutan kawasan ini, menambah indah suasana Papandayan, sehingga makin banyak lagi yang ingin mendekap salah satu keindahan dan keelokan panorama bumi Parahyangan.


(This Journal Dedicated to All "PANTARA) - Inspiring Journey




Jumat, 23 November 2007

PILIHAN JALAN HIDUP

Mengapa manusia disebut sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Allah lainnya ?. Salah satunya adalah karena manusia memiliki "kebebasan hati" untuk memilih jalan kehidupannya. Manusia memiliki kemerdekaan hati untuk mengarahkan pilihan jalan hidupnya. Kemerdekaan dan kebebasan hati inilah yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya.
Sesungguhnya dihadapan setiap manusia telah terbentang dua pilihan jalan kehidupan. Manusia diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih, apakah kita akan memilih jalan keberhasilan atau kegagalan, memilih jalan kehidupan positif atau kehidupan negatif, memilih memiliki motivasi tinggi atau dikendalikan kemalasan, memiliki keberanian atau ketakutan, dll. Kita sendirilah yang menjadi penguasa hati kita sendiri.
Kita sendirilah yang sepenuhnya mengendalikan hati kita dan akan kita arahkan untuk memilih jalan mana yang akan ditempuh. Apakah akan memilih mengarahkan hati mengikuti tarikan positif "nilai-nilai spiritualisme" atau mengikuti tarikan negatif "nilai-nilai materialisme". Apapun yang akan kita pilih, dapat memberikan pengaruh terhadap pikiran, sikap, tindakan, perilaku dan langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam kehidupan ini. Dan hal itu yang akan menjadi sebab atau menciptakan hasil yang akan diperoleh dalam kehidupan nantinya.
Secara fitrah, kebanyakan manusia memiliki kecenderungan untuk selalu berusaha memenuhi eksistensi diri dan kesempurnaan dirinya. Sayangnya, kebanyakan manusia modern sekarang ini kurang menyadari dan seringkali salah dalam mengekspresikan simbul-simbul eksistensi diri, kesuksesan diri dan kesempurnaan dirinya, melalui berbagai simbul-simbul keberhasilan dan melalui berbagai pencapaian-pencapaian yang lebih bersifat materialisme duniawi semata.
Banyak manusia yang kurang memahami telah salah dalam memaknai eksistensi kesuksesan dirinya, kesempurnaan dirinya dengan menempatkannya dalam simbul-simbul duniawi semata dan mengabaikan nilai-nilai spiritualitas dalam dirinya. Inilah yang menjadikan banyak orang yang terjebak hanya mementingkan satu sisi kehidupan dunia semata.